Ustadz Kamil
Ustadz Kamil
Online
Assalamu'alaikum, info majelis?

PROFIL SYEKH KHATIB MUHAMMAD ALI BIN ABDUL MUTHALIB

Syekh Khatib Muhammad Ali bin Abdul Muthalib, yang dikenal luas sebagai Syekh Khatib Ali Padang, adalah salah satu ulama besar dari Minangkabau yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan Islam di Sumatra Barat. Beliau lahir di Muara Labuh, Kabupaten Solok Selatan, pada tahun 1861 M / 1267 H. Kemudian beliau wafat pada umur 75 tahun di Tarandam, Kota Padang pada hari Kamis, 30 Juli tahun 1936 Masehi, atau bertepatan dengan 11 Jumadil Awwal 1355 Hijriyah. Kehidupan dan karya beliau memiliki kontribusi yang sangat penting dalam sejarah keislaman di Minangkabau.

Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan

Syekh Khatib Ali merupakan menantu dari Syekh Muhammad Sa'ad Al Khalidi Mungka, yang dikenal sebagai "Maha Guru Ulama Minangkabau." Dari keluarga inilah, beliau mendapatkan pengaruh dan dorongan yang kuat untuk mendalami ilmu agama. Pendidikan awalnya dilakukan di Minangkabau, di mana beliau menunjukkan kecerdasan dan semangat yang tinggi dalam mempelajari berbagai cabang ilmu agama.

Perjalanan ke Tanah Suci

Pada usia yang relatif muda, Syekh Khatib Ali memutuskan untuk memperdalam ilmu agamanya dengan melakukan perjalanan ke Tanah Suci. Selama total 12 tahun, ia menimba ilmu di Makkah dan Madinah, pusat-pusat keilmuan Islam saat itu. Perjalanan pertamanya berlangsung selama 7 tahun, dan perjalanan kedua selama 5 tahun. Di Makkah, ia belajar Fiqih Imam Syafi'i dari Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, yang merupakan Imam Masjidil Haram. Ia juga mengambil bai'at Thariqah Naqsyabandi dari Syekh Utsman Fauzi di Jabal Qubais. Di Madinah, Syekh Khatib Ali melanjutkan pendalaman spiritualnya dengan menerima bai'at Thariqah Samman dari Syekh Muhammad Amin bin Ahmad Ridwan Madani.

Kembali ke Tanah Air dan Kiprah di Padang

Setelah kembali dari Tanah Suci, Syekh Khatib Ali menetap di Padang. Di kota ini, beliau segera aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan dan sosial. Syekh Khatib Ali bergabung dengan Syarikat Islam, sebuah organisasi yang dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto dan berfokus pada perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia dan pembaruan Islam. Pada kongres pertama Syarikat Islam di Surabaya pada tahun 1913, kehadiran beliau menunjukkan komitmennya terhadap perjuangan umat dan bangsa.

Pendirian Surau dan Masjid

Pada tahun 1919, Syekh Khatib Ali mendirikan sebuah surau di tepi Batang Arau Parak Gadang. Surau ini tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan. Dengan upaya yang gigih, surau tersebut kemudian berkembang menjadi Masjid Istighfar Parak Gadang pada tahun 1930. Masjid ini menjadi salah satu warisan terbesar Syekh Khatib Ali, yang hingga kini masih berdiri kokoh dan berfungsi sebagai tempat ibadah serta pusat kegiatan masyarakat.

Pendirian Madrasah Al Irsyadiyah

Pada tahun 1932, Syekh Khatib Ali mendirikan Madrasah Al Irsyadiyah. Madrasah ini didirikan sebagai wadah untuk mencetak generasi muda yang berilmu dan berakhlak mulia. Melalui madrasah ini, beliau menyebarkan ajaran Islam yang moderat dan toleran, sesuai dengan semangat pembaharuan yang dianutnya. Setiap Selasa malam, beliau memimpin "tawajuh," sebuah amalan dalam Thariqah Naqsyabandi yang menjadi bagian penting dari rutinitas spiritualnya.

Peran dalam Persatuan Tarbiyah Islamiyah dan Kaum Tuo

Di Minangkabau, terdapat dua kutub ilmiah dalam pengamalan agama, yaitu Kaum Tuo dan Kaum Mudo. Kaum Tuo cenderung mempertahankan cara-cara tradisional dalam beragama, sedangkan Kaum Mudo lebih bersikap moderat dan reformis. Untuk memperkuat manhaj tradisional, Kaum Tuo mendirikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah di Candung, Kabupaten Agam pada tahun 1928. Syekh Khatib Ali merupakan salah satu pendiri organisasi ini, yang bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan ajaran Islam sesuai dengan tradisi yang telah ada.

Interaksi dengan Ulama Lain

Di Padang, Syekh Khatib Ali sering berdiskusi dan bertukar dalil dengan Syekh Abdullah Ahmad, seorang ulama terkenal dan pendiri Adabiah serta PGAI. Diskusi-diskusi ini mencerminkan dinamika intelektual di Minangkabau pada masa itu, di mana para ulama terus mencari keseimbangan antara tradisi dan pembaruan.

Warisan dan Pengaruh

Syekh Khatib Ali wafat di Padang pada tahun 1936 dan dimakamkan di depan Masjid Istighfar Parak Gadang, sebuah tempat yang menjadi simbol dedikasinya terhadap agama dan masyarakat. Warisan beliau terus dikenang dan dihormati, baik melalui masjid dan madrasah yang didirikannya maupun melalui ajaran-ajarannya yang terus diikuti oleh para murid dan pengikutnya. Syekh Khatib Ali tidak hanya dikenal sebagai seorang ulama, tetapi juga sebagai seorang pembaharu yang berusaha menyatukan nilai-nilai tradisional dengan semangat modernisasi dalam Islam.

Lokasi Makam

Jl. Parak Gadang II No.7-31, Ganting Parak Gadang, Kec. Padang Tim., Kota Padang, Sumatera Barat 25132

Link Maps: https://maps.app.goo.gl/YKPn3C8k4eZzJjQy8


Berbagi

Posting Komentar