Ustadz Kamil
Ustadz Kamil
Online
Assalamu'alaikum, info majelis?

Sejarah Mahalul Qiyam Maulid Nabi Muhammad ﷺ

Sejarah Mahalul Qiyam Maulid Nabi Muhammad ﷺ

Sejarah Mahalul Qiyam Maulid Nabi Muhammad ﷺ

Mahalul Qiyam dinamai demikian karena pada saat itu adalah momen di mana para jamaah berdiri, seolah-olah mereka mengawal kedatangan Rasulullah SAW. Sebelum memasuki Mahalul Qiyam, ada bagian-bagian pasal Maulid yang mengisahkan detik-detik kelahiran Rasulullah SAW.

Karena berisikan himpunan puji-pujian yang ditujukan kepada Rasulullah SAW, tidak jarang pula Mahalul Qiyam disebut sebagai sholawat "Ya Nabi Salam 'Alaika" (يَا نَبِي سَلَامْ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلْ سَلَامْ عَلَيْكَ) yang berarti "Wahai Nabi salam kepadamu, Wahai Rasul salam kepadamu". Sholawat ini kerap dibacakan khususnya saat perayaan Maulid atau upacara memperingati kelahiran Rasulullah SAW.

Berdiri ketika membaca shalawat adalah salah satu bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai hamba Allah yang paling mulia. Nabi Muhammad SAW bersabda:

عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ الْخُذْرِيّ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلْأَنْصَارِ: قُوْمُوْا إِلَى سَيِّدِكُمْ أَوْ خَيْرِكُمْ.(رواه مسلم)
"Dari Abi Said Al-Khudri, beliau berkata, Rasulullah SAW bersabda kepada para sahabat Anshar, 'Berdirilah kalian untuk tuan kalian atau orang yang paling baik di antara kalian.'" (HR Muslim).

Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki¹ menyatakan bahwa Imam Al-Barzanji² di dalam kitab Maulid-nya yang berbentuk prosa menyatakan, "Sebagian para imam hadits yang mulia itu menganggap baik (istihsan) berdiri ketika disebutkan sejarah Nabi Muhammad SAW. Betapa beruntungnya orang yang mengagungkan Nabi dan menjadikan hal itu sebagai puncak tujuan hidupnya." (Al-Bayan wat Ta’rif fi Dzikral Maulid an-Nabawi, hal 29-30).

Semoga Allah Ta'ala memasukkan kita dalam kalangan orang-orang yang beruntung sebagaimana yang dinyatakan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki rahimahullah.

Sulthanul Qulub Al-Habibana Munzir Bin Fuad Al-Musawa³ berkata:

"Zaman sekarang orang bilang kalau berdiri saat Maulid Nabi adalah musyrik."

"Kita berdiri untuk orang yang dicintai Allah ﷻ, yaitu Sayyidina Muhammad ﷺ."

"Terlihat atau tidak terlihat, aku berdiri untuk menghormati Sayyidina Muhammad ﷺ."

"Ketika berdiri bukan untuk apa-apa, tapi saat Mahalul Qiyam kita berdiri karena gembira menyambut kelahiran Rasulullah ﷺ."

Sejarah awal Mahalul Qiyam

Menurut Al-Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa rahimahullah, yang mengawalinya Mahalul Qiyam adalah Al-Imam Abu Nashr Tajuddin Abdul Wahhab bin Ali bin Abdul Kafi as-Subuki⁴ (أبو نصر تاج الدين عبد الوهاب بن علي بن عبد الكافي السبكي) atau yang lebih dikenal sebagai Al-Imam Tajuddin As-Subki.

Beliau adalah seorang Hujjatul Islam yang hafal lebih dari 300.000 hadits, dan murid-muridnya adalah para huffadh yang hafal lebih dari 100.000 hadits. Beliau adalah seorang Muhaddits besar yang dikenal di banyak wilayah.

Suatu waktu, beliau mengumpulkan murid-muridnya yang merupakan para hafidz. Mereka berkumpul bersama para ulama yang sejajar dengan beliau. Pada saat pembacaan sholawat kepada Nabi SAW, salah seorang membaca qosidah, pujian kepada Rasulullah ﷺ. Tiba-tiba Al-Imam Tajuddin As-Subki rahimahullah memegang tongkatnya dan berdiri. Seluruh hadirin ikut berdiri.

Mereka semua merasakan satu sakinah, ketenangan, dan kekhusyu’an yang sangat mendalam. Air mata mereka mengalir karena merindukan Nabi Muhammad ﷺ. Al-Imam Tajuddin As-Subki adalah ulama pertama yang berdiri ketika pembacaan sholawat dan pujian kepada Rasulullah SAW. Kebiasaan ini disebut oleh para ulama sebagai Mahalul Qiyam. Tradisi ini terus dipertahankan oleh para muhibbin pecinta Rasulullah SAW hingga saat ini ketika pembacaan Maulid Nabi SAW.

Beliau rahimahullah diakui di kalangan ulama besar sebagai Muhaddits dan Hujjatul Islam yang sederajat dengan Imam Nawawi, Imam Ibnu Hajar, dan imam-imam besar lainnya. Al-Imam Abu Nashr Tajuddin As-Subuki adalah seorang ulama di bidang fikih mazhab Syafi'i, sejarah, dan seorang qadi di Damaskus pada zamannya.

۞ اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ۞

Catatan:

  1. Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki (wafat di Makkah 1425 H/2004)
  2. Al-Imam Barzanji atau Sayyid Zainal ‘Abidin Ja’far bin Hasan bin ‘Abdul Karim al-Husaini asy-Syahzuri al-Barzanji (wafat di Madinah 1177 H/1763)
  3. Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa (wafat di Jakarta 1434H/2013)
  4. Al-Imam Tajuddin (wafat di Damaskus pada tahun 771 H/1370)

Sumber:

Berbagi

Posting Komentar