Ustadz Kamil
Ustadz Kamil
Online
Assalamu'alaikum, info majelis?

Syekh Muhammad Thaib: Tokoh Ulama Thariqah Naqsyabandiyyah di Kota Padang

 

Syekh Muhammad Thaib adalah salah satu ulama besar dari Minangkabau yang memainkan peran penting dalam penyebaran dan pengembangan ajaran Islam di Sumatra Barat, khususnya di Kota Padang. Beliau lahir pada tahun 1870 di daerah Binuang dan wafat pada usia 74 tahun di Pasar Baru pada tahun 1944, dua daerah yang keduanya terletak di Kecamatan Pauh. Syekh Thaib dikenal luas berkat dedikasinya yang tinggi dalam mengajarkan ilmu agama serta perannya yang signifikan dalam memperkenalkan Thariqah Naqsyabandi di kawasan tersebut.

Pendidikan dan Pengalaman di Timur Tengah

Untuk memperdalam pengetahuan agamanya, Syekh Muhammad Thaib melakukan perjalanan panjang ke Mesir dan Makkah. Pada masa itu, kedua tempat tersebut merupakan pusat keilmuan Islam yang sangat dihormati dan dikunjungi oleh para penuntut ilmu dari berbagai penjuru dunia. Di Makkah, beliau menetap untuk jangka waktu yang cukup lama guna menuntut ilmu dan mendalami ajaran Islam. Salah satu pencapaian penting selama di Makkah adalah menerima bai’at Thariqah Naqsyabandi dari Syekh Utsman Fauzi di Jabal Qubais. Pengalaman spiritual ini tidak hanya memperkaya pengetahuan agamanya tetapi juga memberikan dampak besar dalam peningkatan spiritualitasnya. Sekembalinya ke tanah air, Syekh Thaib menerapkan ajaran dan pengalaman tersebut dalam mengajar masyarakat Minangkabau.

Kembali ke Tanah Air dan Penyebaran Thariqah Naqsyabandi

Setelah lama “merantau”, bertahun-tahun menimba ilmu di luar negeri, Syekh Muhammad Thaib kembali ke kampung halamannya pada tahun 1905. Pada tahun berikutnya, yakni 1906, beliau mulai memperkenalkan ajaran Thariqah Naqsyabandi di daerah Piai. Ajaran ini menekankan metode “ilahi anta maqsudi wa ridhoka mathlubi” (Yaa Allah, Engkau lah yang kami tuju dan redho Engkau lah yang kami cari) yang bertujuan untuk mencapai insan kamil, yakni manusia yang sempurna dalam menjalankan ajaran agama. Pendekatan ini disambut dengan antusias oleh masyarakat setempat yang ingin mendalami spiritualitas dan keagamaan mereka lebih dalam.

Pendirian Surau Baru

Setelah wafat istrinya, para Niniak Mamak (pemimpin adat) di daerah Binuang memutuskan untuk membangun sebuah surau bagi Syekh Muhammad Thaib di daerah Pasar Baru. Surau ini, yang kemudian dikenal sebagai Surau Baru, selesai dibangun pada tahun 1910. Surau ini menjadi pusat kegiatan keagamaan, di mana Syekh Thaib mengajarkan dan membimbing masyarakat dalam berbagai praktik keagamaan.

Program Suluak 40 Hari

Di Surau Baru, Syekh Muhammad Thaib memperkenalkan program Suluak 40 hari, yang berfokus pada amaliyah dzikir dan sholat berjama’ah. Program ini dibimbing oleh seorang Guru Rohani yang disebut Mursyid, sedangkan para peserta program dikenal sebagai Salik. Program ini dirancang untuk memperdalam spiritualitas dan mendekatkan diri kepada Allah, serta memperkuat ikatan sosial di antara peserta melalui praktik ibadah bersama. Program Suluak 40 hari ini menjadi sangat populer dan banyak diikuti oleh masyarakat yang ingin meningkatkan kualitas ibadah dan spiritualitas mereka.

Wafat dan Warisan

Syekh Muhammad Thaib wafat pada tahun 1944 pada usia 74 tahun dan dimakamkan di depan Surau Baru. Meskipun beliau telah tiada, kegiatan di surau tersebut tetap dilanjutkan oleh murid-muridnya yang setia meneruskan ajaran dan tradisi yang telah beliau tanamkan. Warisan beliau tidak hanya berupa ajaran agama yang mendalam tetapi juga contoh nyata dari kehidupan yang penuh dedikasi dan pengabdian kepada agama.

Perpindahan dan Kelanjutan Kegiatan Surau

Pada tahun 1990, Mursyid ke-5 dari Surau Baru memindahkan kegiatan surau ke Surau Baitul Makmur yang terletak tidak jauh dari Surau Baru. Meski demikian, Surau Baru tetap melanjutkan amaliyah yang telah diajarkan oleh Syekh Muhammad Thaib hingga saat ini. Kegiatan keagamaan dan spiritualitas yang dirintis oleh Syekh Thaib di Surau Baru tetap berjalan dengan baik dan menjadi pusat kegiatan keagamaan di daerah tersebut.

Peninggalan yang Abadi

Peninggalan Syekh Muhammad Thaib, yaitu Surau Baru, yang berdiri kokoh sejak tahun 1910, terus menjadi pusat kegiatan keagamaan dan spiritualitas di daerah tersebut. Meskipun sudah lebih dari satu abad, surau ini masih menjadi tempat yang sangat dihormati dan sering dikunjungi oleh masyarakat. Makam Syekh Thaib yang berada di depan Surau Baru sering diziarahi oleh masyarakat sebagai bentuk penghormatan terhadap ulama besar tersebut. Warisan intelektual dan spiritual beliau tetap hidup melalui ajaran dan praktik yang diteruskan oleh para pengikutnya.

Surau Baru menjadi simbol dedikasi Syekh Thaib terhadap pengajaran dan penyebaran Islam, serta bukti nyata dari kontribusi besar beliau terhadap kehidupan keagamaan masyarakat Minangkabau. Dengan ajarannya yang mendalam dan pendekatan yang penuh kesabaran dalam mengajar, Syekh Muhammad Thaib telah meninggalkan jejak yang sangat mendalam dalam sejarah Islam di Minangkabau, khususnya di Kota Padang dan sekitarnya. Warisan beliau terus hidup dalam hati dan pikiran para pengikutnya, menginspirasi generasi berikutnya untuk terus mendalami dan mempraktikkan ajaran Islam dengan penuh keikhlasan dan dedikasi.

Lokasi Makam

Alamat: Surau Baru Pauh, Jalan Muhammad Hatta No 5, Jl. Psr. Baru No.Kelurahan, Cupak Tangah, Kec. Pauh, Kota Padang, Sumatera Barat 25176

Link Maps: https://maps.app.goo.gl/5f3CK55tRofehxsA6

Keadaan Makam


Berbagi

Posting Komentar