Ustadz Kamil
Ustadz Kamil
Online
Assalamu'alaikum, info majelis?

Menyebarkan Cahaya Sholawat: Kisah Coach Ramdan Hidayat

Majelis Sholawat

Majelis sholawat merupakan tempat berkumpulnya para pecinta Nabi Muhammad SAW di seluruh negeri. Bagi mereka yang sudah terbangun mahabbahnya, mereka berkumpul di suatu tempat seperti masjid atau mushalla untuk melantunkan shalawat dan qasidah-qasidah yang diiringi alat musik halal yang diperbolehkan dalam Islam seperti rebana, marawis, atau hadroh dengan penuh semangat dan kebahagiaan. Hadroh memainkan peran penting dalam kegiatan sholawat, terutama pada saat mahalul qiyam. Rasanya kurang lengkap tanpa hadroh yang memeriahkan. Salah satu majelis sholawat yang ada di Kota Padang adalah Majelis Muhibburrasul Padang, yang aktif sejak 2019 di bawah bimbingan Habib Aziz Assegaf. Kali ini, kita akan membahas tentang seorang pemuda yang dikenal dengan seni pukulan hadroh yang luar biasa dan suara yang memukau.

Coach Ramdan

Coach Ramdan, atau yang lebih dikenal sebagai Ramdan Hidayat, lahir pada 21 Desember 2001. Ia merupakan keturunan Betawi-Minang. Ayah beliau berasal dari Jakarta Timur, Pulogadung, sementara ibu beliau asli Pariaman, suku Piliang, yang sudah merantau ke Jakarta sejak umur 14 tahun dibawa oleh nenek beliau. Ayah beliau juga memiliki darah seni, terutama di bidang alat musik.

Pertemuan dengan Majelis

Coach Ramdan, sedari kecil, dibesarkan di lingkungan para habaib, khususnya di Betawi, tentu sudah biasa dengan lingkungan sholawat dan maulid. Ketika pindah ke Sumatera Barat mengikuti ibunya, Ramdan Hidayat merasa hampa karena kegiatan majelis tidak lagi ditemuinya di sana. Saat sedang memegang HP di tepi Danau Singkarak, beliau teringat mengetik di pencarian Google "Majelis Maulid" dan menemukan Majelis Maulid Kota Padang. Saat itu, di akhir 2019 ketika COVID melanda Indonesia, beliau kembali bersemangat mencari majelis dan menemukan Majelis Maulid Muhibbur Rasul Kota Padang.
Beliau bercerita, "Dari 2012 di Sumbar, saya tidak menemukan majelis di Kota Padang atau di Sumbar yang persis seperti di Jakarta," ujar beliau. Dari situ, beliau menghubungi nomor kontak yang tertera, dan dijawab oleh Ustad Suprizal Manurung. Meski jumlah orang yang hadir sedikit, semangat beliau tidak berkurang.

Sanad Ilmu Hadroh

Pemuda yang sangat semangat hadir di majelis ini sudah dibawa ibunya ke majelis sejak kecil, tepatnya di Kwitang. "Mak memang sangat suka hadir di Majelis Habaib," kata beliau. Tidak heran jika beliau semangat majelis. Awalnya, beliau disuruh menjadi vokalis untuk acara sholawatan, kemudian beliau juga tertarik main hadroh. Sejak umur 7 tahun, beliau disuruh oleh Ustad Ahmad Sofyan dan Abah Zein Al-Habsy untuk bergabung dengan tim hadroh. Beliau bahkan belajar hadroh di tempat latihan yang cukup jauh, dari Padang ke Pariaman naik angkot. Tidak heran jika sanad hadroh beliau tersambung ke cucunya Habib Ali Luby al-Haddad, anak dari Wan Qodir Al-Haddad. Beliau merupakan juara Betawi pada masanya. Habib Ali Luby al-Haddad memiliki anak bernama Sayyid Ubaidillah, yang mengajari hadroh pertama kali di daerah sana.

Pelatih Hadroh di Majelis Muhibburrasul

Berkat kepiawaian beliau dalam bermain hadroh dan suara yang membuat orang lain terharu saat melantunkan qasidah, beliau diamanahi oleh Habib Aziz Assegaf, pimpinan Majelis Muhibburrasul untuk menjadi pelatih Hadroh Misbahul Anam Majelis Muhibbur Rasul Kota Padang, sekaligus menjadi pembina hadroh Misbahul Anam. Beliau dibantu oleh Bang Isra sebagai ketua tim hadroh Misbahul Anam dan jadwal latihannya diatur oleh manajer Ustadz Kamil Mohammed.
Semangat beliau dalam memberikan latihan membuat banyak anak-anak berdatangan untuk berlatih hadroh dengan beliau dan mampu bermain hadroh dengan baik. Di antaranya adalah Afdal, Zaki, Yusuf, Parhan, Zaki Arya, dan masih banyak yang lainnya.

Mengajar Hadroh di Sumbar

Selanjutnya, kita bahas perjalanan beliau dalam melatih hadroh di daerah Sumatera Barat. Pondok pesantren yang mengundang beliau untuk melatih hadroh sangat banyak, tidak hanya anak-anak Majelis Muhibbur Rasul saja. Di antaranya adalah:
  1. Pondok Pesantren Darut Tahalib Kota Solok, pimpinan Buya Boby Gustiadi, dengan murid seperti Adit dan Ajo.
  2. Pondok Pesantren Darussalam Koto Anau, pimpinan Buya Dedi alumni Gontor, dengan murid seperti Nabil.
  3. Pondok Pesantren Darul Hijrah Karang Putih, pimpinan Buya Riswandi Al-Fadani.
  4. Pondok Pesantren Nurul Yakin Kayu Tanam, pimpinan Buya Risman Tuanku Parmato.
  5. Pondok Pesantren Nurul Yakin Al-Hufaz, pimpinan Buya Deri.
  6. Pondok Pesantren Nurul Yakin Ringan-ringan.
  7. Pondok Pesantren Nurul Yakin Jabal Fil Kurai Taji Pariaman.
  8. Pondok Pesantren Ribat Assa'adi di Payakumbuh.
  9. Pondok Pesantren Bustanul Yakin.
  10. Pondok Pesantren Nurul Yaqin Limau Karanggo.
  11. Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah (PPTI) Malalo, yang terletak di tepi Danau Singkarak.
  12. Pondok Pesantren Darul Makmur Bukittinggi.
  13. Pondok Pesantren Darul Ulum Kota Padang.
Semua pondok pesantren tersebut dilatih dari dasar sampai mahir dan bisa tampil pada acara-acara besar. Bahkan, ada yang menjadi juara lomba di tingkat Kota dan Provinsi. Semoga semua ini menjadi amal jariah dan semoga gema shalawat di Sumbar semakin terdengar serta mahabbah kepada Rasulullah SAW semakin terbangun.

  • Ditulis oleh: Ahmad Suandi
  • Editor: Kamil Mohammed

Berbagi

Posting Komentar